
Manfaat brokoli untuk ibu hamil sangat banyak. Sayuran hijau ini kaya akan nutrisi penting seperti asam folat, zat besi, kalsium, dan vitamin C. Asam folat membantu mencegah cacat lahir pada janin, zat besi membantu mencegah anemia, kalsium membantu memperkuat tulang dan gigi ibu dan janin, dan vitamin C membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
“Brokoli merupakan sayuran yang sangat bermanfaat bagi ibu hamil,” ujar Dr. Amelia Sari, SpOG.
Dokter kandungan dari Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo Surabaya ini menjelaskan, brokoli mengandung banyak nutrisi penting yang dibutuhkan ibu hamil, seperti asam folat, zat besi, kalsium, dan vitamin C.
Asam folat membantu mencegah cacat lahir pada janin, zat besi membantu mencegah anemia, kalsium membantu memperkuat tulang dan gigi ibu dan janin, dan vitamin C membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
1. Mencegah cacat lahir
Asam folat merupakan nutrisi penting yang dibutuhkan ibu hamil untuk mencegah cacat lahir pada janin. Brokoli merupakan salah satu sumber asam folat yang baik. Asam folat membantu mencegah cacat lahir pada tabung saraf, seperti spina bifida dan anensefali.
2. Mencegah anemia
Anemia merupakan kondisi kekurangan sel darah merah yang sehat. Hal ini dapat menyebabkan kelelahan, pusing, dan sesak napas. Zat besi merupakan mineral penting yang dibutuhkan tubuh untuk memproduksi sel darah merah. Brokoli merupakan salah satu sumber zat besi yang baik. Zat besi dalam brokoli membantu mencegah anemia pada ibu hamil.
3. Memperkuat tulang dan gigi
Kalsium merupakan mineral penting yang dibutuhkan ibu hamil untuk memperkuat tulang dan gigi janin. Brokoli merupakan salah satu sumber kalsium yang baik. Kalsium dalam brokoli membantu memperkuat tulang dan gigi ibu dan janin, serta mencegah osteoporosis pada ibu hamil.
4. Meningkatkan sistem kekebalan tubuh
Brokoli mengandung banyak vitamin C, antioksidan yang membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Sistem kekebalan tubuh yang kuat membantu ibu hamil melawan infeksi dan penyakit, sehingga dapat melindungi ibu dan janin dari berbagai penyakit.
5. Mengurangi risiko preeklampsia
Preeklampsia adalah kondisi serius yang dapat terjadi pada ibu hamil. Kondisi ini ditandai dengan tekanan darah tinggi dan kadar protein yang tinggi dalam urine. Preeklampsia dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius bagi ibu dan janin, seperti kelahiran prematur, berat badan lahir rendah, dan bahkan kematian.
Brokoli mengandung banyak antioksidan yang dapat membantu mengurangi risiko preeklampsia. Antioksidan membantu melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas. Radikal bebas adalah molekul tidak stabil yang dapat menyebabkan berbagai penyakit, termasuk preeklampsia.
6. Meningkatkan kesehatan pencernaan
Brokoli merupakan sumber serat yang baik. Serat membantu melancarkan pencernaan dan mencegah sembelit, yang merupakan masalah umum pada ibu hamil. Selain itu, brokoli juga mengandung prebiotik, yaitu makanan untuk bakteri baik dalam usus. Bakteri baik ini membantu menjaga kesehatan sistem pencernaan dan meningkatkan penyerapan nutrisi.
7. Menjaga kesehatan kulit
Brokoli mengandung banyak vitamin C, antioksidan yang membantu melindungi sel-sel kulit dari kerusakan akibat radikal bebas. Radikal bebas adalah molekul tidak stabil yang dapat menyebabkan berbagai masalah kulit, seperti keriput, kusam, dan jerawat. Selain itu, vitamin C juga membantu produksi kolagen, protein yang penting untuk menjaga elastisitas dan kekencangan kulit.
8. Mengurangi risiko kanker
Brokoli mengandung banyak antioksidan, seperti sulforaphane, yang telah terbukti dapat membantu mengurangi risiko beberapa jenis kanker, seperti kanker paru-paru, kanker payudara, dan kanker prostat.
9. Meningkatkan kualitas tidur
Brokoli mengandung tryptophan, asam amino yang membantu produksi melatonin, hormon yang mengatur tidur. Melatonin membantu mengatur siklus tidur-bangun dan meningkatkan kualitas tidur.
10. Mengurangi stres
Kandungan vitamin C dan antioksidan dalam brokoli dapat membantu mengurangi stres pada ibu hamil. Vitamin C membantu menurunkan kadar hormon stres, seperti kortisol, sementara antioksidan melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan akibat stres oksidatif.