Waspada! Daftar Negara Eropa yang Minta Warga Siaga Perang – Ancaman, Dampak, Persiapan, dan Evakuasi
Senin, 14 April 2025 oleh aisyah
Daftar Negara Eropa yang Minta Warga Siaga Perang
Bayangan perang kembali menghantui Eropa. Di tengah konflik Rusia-Ukraina yang tak kunjung usai, sejumlah negara di benua biru mulai mempersiapkan warganya untuk menghadapi kemungkinan terburuk: pecahnya perang di wilayah mereka.
Bukan sekadar kekhawatiran kosong, langkah ini diambil karena para pemimpin Eropa melihat potensi meluasnya konflik Rusia-Ukraina, terlebih dengan kemajuan yang diraih Rusia belakangan ini. Ketegangan antara Amerika Serikat dan beberapa sekutunya di NATO juga menambah kekhawatiran akan eskalasi konflik.
Desember lalu, Sekretaris Jenderal NATO, Mark Rutte, bahkan telah mengingatkan para ahli keamanan di Brussels untuk bersiap memasuki "pola pikir masa perang". Komisi Eropa pun tak tinggal diam. Pada Maret, mereka merilis panduan yang mendesak warga untuk menyimpan persediaan makanan dan kebutuhan vital lainnya, cukup untuk bertahan setidaknya 72 jam dalam situasi krisis.
Berikut beberapa negara di Eropa yang telah secara aktif meminta warganya untuk bersiap siaga menghadapi kemungkinan perang:
Jerman
Jerman tak main-main dalam mempersiapkan warganya. Pada Juni 2024, mereka memperbarui Petunjuk Kerangka Kerja untuk Pertahanan Menyeluruh (Framework Directive for Overall Defense), sebuah dokumen setebal 67 halaman yang terakhir diperbarui saat Perang Dingin. Dokumen ini menguraikan perubahan drastis yang akan terjadi dalam kehidupan masyarakat Jerman jika perang pecah.
Wajib militer akan diberlakukan, warga berusia 18 tahun ke atas diwajibkan bekerja di sektor-sektor penting seperti toko roti dan kantor pos, dan dilarang berhenti. Tenaga medis, termasuk dokter, psikolog, perawat, dan bahkan dokter hewan, juga akan dilibatkan dalam kegiatan militer.
Lebih lanjut, Jerman juga telah menyiapkan rencana penjatahan makanan. Jika stok menipis, pemerintah akan mendistribusikan jatah makanan harian kepada setiap warga untuk jangka waktu yang belum ditentukan.
Swedia
Swedia juga tak mau ketinggalan. November lalu, mereka merilis panduan bertahan hidup berjudul "Jika Krisis atau Perang Datang" kepada jutaan warganya. Panduan yang diperbarui untuk pertama kalinya dalam enam tahun ini berisi instruksi detail tentang apa yang harus dilakukan jika perang terjadi.
Warga diimbau untuk berlindung di dalam ruangan dengan menutup rapat pintu, jendela, dan ventilasi, serta memantau informasi dari Sveriges Radio. Stasiun radio ini akan menyiarkan informasi penting, termasuk lokasi shelter seperti ruang bawah tanah, garasi, dan stasiun kereta bawah tanah.
Panduan ini bahkan mencakup instruksi khusus untuk menghadapi serangan nuklir. Warga diimbau berlindung di tempat perlindungan pertahanan sipil dan diyakinkan bahwa tingkat radiasi akan menurun drastis dalam beberapa hari.
Tak hanya itu, pemerintah Swedia juga memberikan tips evakuasi, pertolongan pertama, mengatasi kecemasan, dan cara berbicara dengan anak-anak tentang krisis dan perang.
Finlandia
Berbagi perbatasan sepanjang 1.340 kilometer dengan Rusia, Finlandia tentu tak bisa mengabaikan ancaman perang. Sebagai satu-satunya negara NATO dengan perbatasan sepanjang itu dengan Rusia, kekhawatiran akan konflik langsung dengan Kremlin sudah lama menghantui mereka.
Sejak tahun 1950-an, Finlandia mewajibkan pembangunan shelter di gedung-gedung apartemen dan perkantoran. Persiapan ini semakin digencarkan setelah invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022.
Pemerintah Finlandia telah menginventarisasi lebih dari 50.000 lokasi shelter yang mampu menampung sekitar 4,8 juta orang dari total populasi 5,6 juta jiwa. November lalu, Kementerian Dalam Negeri Finlandia menerbitkan panduan krisis terbaru yang mencakup langkah-langkah menghadapi berbagai situasi darurat, mulai dari pemadaman listrik berkepanjangan, gangguan telekomunikasi, bencana cuaca ekstrem, hingga konflik militer.
Apakah Indonesia perlu khawatir dengan situasi di Eropa, Bu Retno (Retno Marsudi)?
Sebagai Menteri Luar Negeri, saya terus memantau situasi global, termasuk di Eropa. Penting bagi Indonesia untuk tetap waspada dan memperkuat kerjasama internasional untuk menjaga perdamaian dan stabilitas. Namun, saat ini tidak ada indikasi langsung yang perlu dikhawatirkan masyarakat Indonesia terkait konflik di Eropa.