UNESCO Nominasikan Naskah Sunda Kuno Ini Jadi Memory of The World, Warisan Budaya Tak Ternilai

Rabu, 16 April 2025 oleh aisyah

UNESCO Nominasikan Naskah Sunda Kuno Ini Jadi Memory of The World, Warisan Budaya Tak Ternilai

Naskah Sunda Kuno dan Karya Hamzah Fansuri Menuju Warisan Dunia UNESCO

Dua harta karun literasi Indonesia, naskah kuno Sang Hyang Siksa Kandang Karesian dan karya-karya Hamzah Fansuri, selangkah lebih dekat menuju pengakuan dunia. UNESCO, melalui Dewan Eksekutifnya, telah memasukkan keduanya dalam 74 nominasi Memory of the World (MoW) untuk periode 2024-2025. Keputusan ini diambil dalam Sidang Dewan Eksekutif UNESCO ke-221 di Paris, Prancis.

Sang Hyang Siksa Kandang Karesian, naskah Sunda kuno abad ke-16 yang tersimpan di Perpustakaan Nasional, menawarkan jendela ke masa lalu, mengungkapkan ajaran moral, serta dinamika sosial, politik, dan ekonomi masyarakat Sunda. Naskah ini bahkan mencatat pentingnya peran juru bahasa, atau jurubasa darmamurcaya, dalam membangun hubungan internasional.

Sementara itu, karya-karya Hamzah Fansuri, tokoh penting dalam perkembangan budaya dan pemikiran Melayu di akhir abad ke-16, dinominasikan bersama oleh Indonesia dan Malaysia. Hamzah Fansuri dikenal sebagai pionir penulisan akademis dalam bahasa Melayu dan peletak dasar perdebatan ilmiah keagamaan di kedua negara. Pengaruhnya dalam perkembangan sastra Melayu, bahkan hingga sastra modern Indonesia dan Malaysia, tak terbantahkan.

Kepala Perpustakaan Nasional, E Aminudin Aziz, berharap pengakuan UNESCO ini akan meningkatkan kesadaran publik, khususnya generasi muda, terhadap kekayaan warisan literasi Indonesia. Ia juga menekankan pentingnya program pelestarian dan promosi untuk memastikan nilai-nilai luhur dalam naskah-naskah tersebut tetap terjaga dan diwariskan.

Dengan masuknya dua nominasi ini, Indonesia telah mendaftarkan total 16 warisan dokumenter ke dalam Memory of the World UNESCO, sebuah bukti nyata kekayaan khazanah budaya bangsa.

Berikut beberapa tips untuk membantu melestarikan naskah kuno kita:

1. Simpan di tempat yang tepat - Simpan naskah di tempat yang sejuk, kering, dan terhindar dari sinar matahari langsung. Lemari khusus dengan pengatur suhu dan kelembapan idealnya digunakan.

Contoh: Jangan menyimpan naskah di dekat jendela atau di tempat yang lembap seperti kamar mandi.

2. Hindari menyentuh langsung - Gunakan sarung tangan bersih saat harus memegang naskah untuk mencegah kerusakan akibat minyak dan kotoran dari tangan.

Contoh: Gunakan sarung tangan katun putih yang bersih.

3. Digitalisasi - Buat salinan digital naskah untuk memudahkan akses dan mengurangi risiko kerusakan pada naskah asli.

Contoh: Pindai naskah dengan resolusi tinggi dan simpan dalam format yang sesuai.

4. Konsultasikan dengan ahli - Jika menemukan naskah kuno, konsultasikan dengan ahli atau lembaga terkait untuk perawatan dan pelestarian yang tepat.

Contoh: Hubungi Perpustakaan Nasional atau museum.

5. Sebarkan informasi - Ceritakan kepada orang lain tentang pentingnya melestarikan naskah kuno. Semakin banyak yang peduli, semakin besar upaya pelestariannya.

Contoh: Bagikan informasi ini di media sosial atau ceritakan kepada teman dan keluarga.

Apa pentingnya Sang Hyang Siksa Kandang Karesian bagi masyarakat Sunda, Ibu Diah Permata Sari?

(Diah Permata Sari, Budayawan Sunda) Naskah ini sangat penting karena merekam ajaran moral dan etika yang menjadi pedoman hidup masyarakat Sunda pada masa itu. Nilai-nilai seperti kejujuran, integritas, dan gotong royong tercermin dalam naskah ini, dan masih relevan hingga saat ini.

Bagaimana pengaruh Hamzah Fansuri terhadap perkembangan bahasa Melayu, Bapak Hilman Rosyad?

(Hilman Rosyad, Ahli Bahasa Melayu) Hamzah Fansuri berperan besar dalam menjadikan bahasa Melayu sebagai bahasa ilmu pengetahuan dan sastra. Karya-karyanya menjadi bukti kemampuan bahasa Melayu untuk mengekspresikan gagasan kompleks, sekaligus memperkaya khazanah sastra Melayu.

Apa langkah konkret yang dapat dilakukan untuk melestarikan naskah kuno seperti ini, Bapak Bambang Wibowo?

(Bambang Wibowo, Arsiparis) Selain penyimpanan yang tepat dan digitalisasi, perlu ada program penelitian dan penerjemahan agar isi naskah dapat dipahami dan diakses lebih luas oleh masyarakat.

Mengapa penting bagi generasi muda untuk mengenal naskah-naskah kuno ini, Ibu Ayu Kusumawardani?

(Ayu Kusumawardani, Sejarawan) Naskah kuno adalah jendela untuk memahami sejarah dan budaya bangsa. Dengan mengenal naskah-naskah ini, generasi muda dapat belajar dari kearifan nenek moyang dan membangun identitas kebangsaan yang kuat.

Apa saja tantangan dalam melestarikan naskah kuno di Indonesia, Bapak Rangga Wijaya?

(Rangga Wijaya, Konservator Naskah Kuno) Tantangannya beragam, mulai dari keterbatasan sumber daya manusia dan peralatan, hingga kesadaran masyarakat yang masih kurang akan pentingnya pelestarian naskah kuno.

Apa harapan Bapak Ferry Setiawan terkait nominasi ini untuk masa depan?

(Ferry Setiawan, Pustakawan) Semoga nominasi ini menjadi momentum untuk meningkatkan upaya pelestarian dan penelitian naskah-naskah kuno di Indonesia, serta memperkenalkan kekayaan budaya Indonesia kepada dunia.