Ucapan Tak Terduga Bos APINDO Soal LG Batal Investasi Baterai EV di RI Mengguncang Dunia Industri
Rabu, 30 April 2025 oleh aisyah
LG Batal Investasi Baterai EV di RI: Bukan Mundur, Tapi Strategi Global
Kabar mengejutkan datang dari raksasa baterai asal Korea Selatan, LG Energy Solution. Mereka dikabarkan menarik diri dari proyek pengembangan ekosistem baterai kendaraan listrik (EV) di Indonesia senilai fantastis, mencapai Rp128 triliun. Namun, benarkah ini sinyal buruk bagi industri baterai Tanah Air? Jangan terburu-buru menyimpulkan!
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), Shinta Widjaja Kamdani, memberikan pandangan tak terduga. Menurutnya, keputusan LG bukan indikasi memburuknya iklim investasi baterai di Indonesia. Justru, perubahan strategi global LG, khususnya imbas dari kebijakan Inflation Reduction Act (IRA) di Amerika Serikat, menjadi faktor utama.
"Permintaan kendaraan listrik berubah drastis setelah kebijakan IRA," ujar Shinta di Jakarta. "LG, sebagai perusahaan global, harus menyesuaikan investasinya dengan kebijakan AS yang mendorong industri EV domestik."
Shinta menekankan bahwa ekosistem baterai Indonesia tetap menarik. Buktinya, Korea Selatan, negara asal LG, masih menunjukkan minat investasi yang tinggi di Indonesia melalui perusahaan-perusahaan lain. "Kalau masalahnya ada di ekosistem Indonesia, mustahil investor lain masih berminat," tegasnya. Ia mengajak publik melihat keputusan LG dari perspektif bisnis global, bukan semata-mata masalah internal Indonesia.
Klarifikasi Pemerintah: LG Tidak Mundur Total
Menteri Investasi/Kepala BKPM, Rosan Roeslani, meluruskan kabar yang beredar. LG tidak sepenuhnya hengkang dari Indonesia. Mereka hanya mundur dari sebagian proyek dari kesepakatan awal tahun 2020. Rosan menjelaskan, kerja sama Indonesia-LG terbagi dalam empat proyek patungan (joint venture/JV). Salah satunya, JV senilai US$1,1 miliar, sudah rampung dan bahkan telah dilakukan groundbreaking.
Lebih lanjut, Rosan mengungkapkan, keputusan penghentian kerja sama justru datang dari pemerintah Indonesia. Kementerian ESDM telah melayangkan surat resmi kepada LG pada 31 Januari 2025, menyatakan penghentian negosiasi. Alasannya? Proses negosiasi yang terlalu lama, hampir lima tahun, sementara Indonesia menginginkan akselerasi pengembangan ekosistem baterai.
"Negosiasi sudah terlalu lama, sementara kita ingin semuanya berjalan cepat dan lancar," kata Rosan.
Proyek Tetap Lanjut, Huayou Gantikan LG
Meski LG mundur dari sebagian proyek, pembangunan ekosistem baterai tetap berlanjut. Konsorsium yang sebelumnya dipimpin LG kini dikomandoi oleh Huayou, perusahaan China yang berpengalaman di industri serupa di Indonesia. Rosan memastikan pergantian kepemimpinan ini tidak mengganggu rencana proyek. Nilai investasi pun tetap fantastis, mencapai Rp165,3 triliun.
Selain Huayou, Indonesia Battery Corporation (IBC) dan PT Aneka Tambang Tbk (Antam) tetap menjadi bagian dari konsorsium. "Huayou sebenarnya sudah ada dalam konsorsium LG. Sekarang mereka yang memimpin," jelas Rosan.
Berikut beberapa tips untuk memahami dinamika investasi baterai EV:
1. Pahami Kebijakan Global - Pelajari kebijakan negara-negara besar terkait industri EV, seperti Inflation Reduction Act di AS. Kebijakan ini dapat memengaruhi strategi investasi perusahaan global.
2. Jangan Terpancing Isu Sensasional - Jangan langsung menyimpulkan kabar negatif. Dalami informasi dari berbagai sumber terpercaya sebelum mengambil kesimpulan.
3. Perhatikan Perspektif Bisnis - Keputusan investasi perusahaan didasari pertimbangan bisnis yang kompleks, bukan hanya faktor tunggal.
4. Cermati Konsorsium dan Kerjasama - Perhatikan siapa saja yang terlibat dalam proyek dan bagaimana bentuk kerjasamanya. Ini memberi gambaran yang lebih komprehensif.
5. Ikuti Perkembangan Industri - Industri EV sangat dinamis. Pantau terus perkembangan terbaru untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik.
Apakah mundurnya LG berarti Indonesia gagal menarik investasi baterai EV? (Ditanyakan oleh Ani Handayani)
Tidak. Menurut Shinta Widjaja Kamdani (Ketua Umum APINDO), keputusan LG lebih dipengaruhi oleh strategi global mereka, bukan karena iklim investasi di Indonesia. Buktinya, masih banyak investor asing yang berminat di sektor ini.
Apa dampak kebijakan IRA di AS terhadap investasi baterai EV di Indonesia? (Ditanyakan oleh Budi Santoso)
Kebijakan IRA memberikan insentif bagi produsen EV dan baterai di AS. Hal ini membuat perusahaan seperti LG perlu menyesuaikan strategi investasinya secara global, termasuk mempertimbangkan kembali investasi di luar AS. - Faisal Basri (Ekonom)
Siapa yang akan menggantikan LG dalam proyek ekosistem baterai di Indonesia? (Ditanyakan oleh Cindy Permata)
Huayou, perusahaan asal China, akan memimpin konsorsium yang sebelumnya dipimpin LG. - Rosan Roeslani (Menteri Investasi/Kepala BKPM)
Berapa nilai investasi proyek ekosistem baterai setelah LG mundur? (Ditanyakan oleh Dedi Supriadi)
Nilai investasi tetap sebesar US$9,8 miliar atau sekitar Rp165,3 triliun. - Rosan Roeslani (Menteri Investasi/Kepala BKPM)
Apa peran IBC dan Antam dalam proyek ini? (Ditanyakan oleh Eka Putri)
IBC dan Antam tetap menjadi bagian dari konsorsium yang melanjutkan proyek pengembangan ekosistem baterai di Indonesia. - Toto Nugroho (Direktur Utama IBC)
Mengapa pemerintah Indonesia memutuskan untuk menghentikan negosiasi dengan LG? (Ditanyakan oleh Feri Wijaya)
Pemerintah menilai proses negosiasi dengan LG terlalu lama, hampir lima tahun, sementara Indonesia ingin mempercepat pengembangan ekosistem baterai. - Arifin Tasrif (Menteri ESDM)