Temukan Respon Tegas Badan Gizi Soal Keracunan Massal MBG Bogor, Penyelidikan Mendalam Sedang Berlangsung
Selasa, 13 Mei 2025 oleh aisyah
Kasus Keracunan Massal di Bogor, Badan Gizi Nasional Beri Teguran Keras!
Tragedi keracunan massal yang menimpa sejumlah siswa di Kota Bogor akibat makanan dari Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) mendapat perhatian serius dari Badan Gizi Nasional (BGN). BGN tak tinggal diam dan langsung melayangkan teguran keras kepada SPPG terkait.
"Jika terjadi kejadian seperti ini, kami biasanya langsung mengambil tindakan tegas," ujar Deputi Bidang Sistem dan Tata Kelola BGN, Tigor Pangaribuan, dalam pernyataan resminya, Senin (12/5).
Menurut Tigor, langkah pertama yang diambil adalah memeriksa sampel makanan yang diduga menjadi penyebab keracunan. "Kita harus pastikan dulu, valid tidak penyebabnya memang dari makanan. Sampel makanan itu selalu ada. Misalnya, ditemukan ikan tongkol yang kualitasnya kurang baik, maka teguran keras langsung kami berikan kepada SPPG," jelasnya.
BGN juga memastikan bahwa para korban keracunan akan mendapatkan asuransi untuk menanggung biaya pengobatan. BGN akan bekerja sama dengan Puskesmas setempat untuk menanggung seluruh biaya perawatan para siswa yang terdampak.
Selain itu, BGN berencana memberikan pelatihan tambahan kepada SPPG, khususnya bagi para penjamah makanan. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kewaspadaan dan mencegah terulangnya kasus serupa di kemudian hari.
"Penjamah makanan itu harus lebih waspada saat membeli bahan makanan. Mereka kan belinya dari supplier ya. Nah, supplier-nya itu harus dicek, dari mana asalnya," imbuh Tigor.
BGN juga tak segan-segan untuk menghentikan kerja sama dengan pemasok bahan makanan jika ditemukan ketidaksegaran atau kejanggalan lainnya. "Kalau sumber masalahnya dari bahan makanan, kita telusuri supplier-nya. Begitu tahu supplier-nya, kita akan berikan teguran. Kalau tidak ada perbaikan, ya kita stop supplier tersebut," tegasnya.
Sementara itu, Wali Kota Bogor, Dedie A. Rachim, mengungkapkan hasil pemeriksaan dari Labkesda Kota Bogor. Ditemukan dua jenis bakteri yang menjadi penyebab keracunan, yaitu Escherichia coli (E.coli) dan Salmonella.
Kedua bakteri tersebut terdeteksi pada menu telur ceplok berbumbu barbekyu dan tumis tahu toge, dua hidangan yang disajikan oleh SPPG Bina Insani kepada 210 siswa. Setelah mengonsumsi makanan tersebut, para siswa mengalami gejala keracunan.
Keracunan makanan bisa terjadi di mana saja, termasuk di lingkungan sekolah. Yuk, simak tips berikut agar anak-anak kita terhindar dari risiko keracunan makanan:
1. Pastikan Kebersihan Dapur dan Peralatan Masak - Kebersihan adalah kunci utama! Dapur dan semua peralatan masak harus selalu bersih dan steril. Contohnya, cuci talenan setelah digunakan untuk memotong daging mentah sebelum digunakan untuk memotong sayuran.
Ini penting agar bakteri tidak menyebar.
2. Pilih Bahan Makanan yang Segar dan Berkualitas - Periksa tanggal kedaluwarsa dan kondisi fisik bahan makanan sebelum membeli. Jangan membeli daging atau ikan yang berbau tidak sedap atau berwarna pucat. Contohnya, beli sayuran yang masih segar dan tidak layu.
Kualitas bahan makanan sangat berpengaruh pada keamanan makanan.
3. Masak Makanan Hingga Matang Sempurna - Pastikan makanan dimasak hingga suhu yang aman untuk membunuh bakteri berbahaya. Gunakan termometer makanan untuk memastikan suhu internal makanan mencapai suhu yang direkomendasikan. Contohnya, masak daging ayam hingga suhu internalnya mencapai 74°C.
Memasak dengan benar bisa membunuh bakteri penyebab keracunan.
4. Simpan Makanan dengan Benar - Simpan makanan yang mudah rusak di lemari es dengan suhu di bawah 5°C. Jangan biarkan makanan berada di suhu ruang selama lebih dari dua jam. Contohnya, sisa makanan harus segera disimpan di lemari es setelah dingin.
Penyimpanan yang tepat mencegah pertumbuhan bakteri.
5. Edukasi Anak-Anak Tentang Kebersihan Makanan - Ajarkan anak-anak untuk selalu mencuci tangan sebelum makan dan memilih makanan yang bersih. Berikan pemahaman tentang pentingnya memilih makanan yang sehat dan aman. Contohnya, ajak anak-anak melihat proses memasak dan menjelaskan mengapa kebersihan itu penting.
Dengan edukasi, anak-anak bisa lebih waspada terhadap risiko keracunan.
Apa langkah konkret yang akan diambil BGN setelah kejadian keracunan ini, menurut Bapak Dr. Budi Santoso?
Dr. Budi Santoso, seorang ahli gizi terkemuka, menjelaskan, "Setelah kejadian ini, BGN akan meningkatkan pengawasan terhadap SPPG dan pemasok bahan makanan. Selain itu, pelatihan intensif akan diberikan kepada penjamah makanan untuk memastikan standar kebersihan dan keamanan pangan terpenuhi. Kami juga akan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap sistem pemenuhan gizi untuk mencegah terulangnya kejadian serupa."
Bagaimana cara memastikan supplier bahan makanan yang bekerja sama dengan SPPG memenuhi standar keamanan pangan, menurut Ibu Retno Sari?
Ibu Retno Sari, seorang pakar keamanan pangan, menyatakan, "SPPG harus memiliki sistem audit yang ketat terhadap supplier bahan makanan. Audit ini harus mencakup pemeriksaan terhadap fasilitas produksi, proses pengolahan, dan sistem penyimpanan. Selain itu, SPPG juga harus meminta sertifikasi keamanan pangan yang relevan dari supplier, seperti sertifikasi HACCP atau ISO 22000. Jika ditemukan pelanggaran, SPPG harus segera menghentikan kerja sama dengan supplier tersebut."
Apa saja gejala keracunan makanan yang perlu diwaspadai pada anak-anak, menurut Dr. Ahmad Fauzi?
Dr. Ahmad Fauzi, seorang dokter anak, menjelaskan, "Gejala keracunan makanan pada anak-anak dapat bervariasi, tetapi umumnya meliputi mual, muntah, diare, sakit perut, demam, dan lemas. Jika anak mengalami gejala-gejala ini setelah mengonsumsi makanan tertentu, segera bawa ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Jangan tunda, karena keracunan makanan bisa berbahaya, terutama bagi anak-anak."
Bagaimana peran orang tua dalam mencegah keracunan makanan pada anak-anak di sekolah, menurut Ibu Siti Aminah?
Ibu Siti Aminah, seorang aktivis pendidikan, menekankan, "Orang tua memiliki peran penting dalam mencegah keracunan makanan pada anak-anak di sekolah. Orang tua harus aktif berkomunikasi dengan pihak sekolah mengenai kualitas makanan yang disajikan. Selain itu, orang tua juga dapat memberikan bekal makanan yang sehat dan aman dari rumah. Ajarkan anak-anak untuk selalu mencuci tangan sebelum makan dan memilih makanan yang bersih di kantin sekolah."