Temukan Laba UNVR Meroket 200%, Bagaimana dengan Indofood dan Cimory Sekarang? Apa Kata Investor

Rabu, 21 Mei 2025 oleh aisyah

Laba UNVR Melonjak 200%! Bagaimana dengan Indofood dan Cimory?

Jakarta, CNBC Indonesia - Kabar baik datang dari sejumlah emiten di sektor konsumer! Kuartal I/2025 menjadi periode yang menggembirakan, bahkan ada perusahaan yang berhasil membalikkan keadaan dari rugi menjadi untung. Siapa saja mereka?

Setidaknya ada empat emiten yang menunjukkan kinerja positif di awal tahun ini, yaitu PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), PT Indofood CBP Tbk (ICBP), induk perusahaannya PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), dan PT Cisarua Mountain Dairy Tbk (CMRY).

ICBP mencuri perhatian dengan pertumbuhan yang sangat signifikan, berhasil mengubah kerugian sebesar Rp1,07 triliun di kuartal terakhir tahun lalu menjadi keuntungan Rp2,65 triliun dalam tiga bulan pertama tahun ini. Sungguh pencapaian yang luar biasa!

Temukan Laba UNVR Meroket 200%, Bagaimana dengan Indofood dan Cimory Sekarang? Apa Kata Investor

INDF, sebagai induk usaha, juga ikut merasakan dampak positif dari kinerja ciamik ICBP. Laba INDF melonjak hampir 400% secara kuartalan. Ini menunjukkan sinergi yang kuat antara anak dan induk perusahaan.

UNVR juga tak mau ketinggalan. Perusahaan ini berhasil meningkatkan kinerjanya dengan mencatatkan laba yang naik lebih dari 200%. Sementara itu, CMRY mengawali tahun dengan pertumbuhan laba sekitar 32% secara kuartalan (QoQ) pada triwulan pertama 2025.

Mari Kita Bedah Kinerja Masing-Masing Emiten

ICBP: Dari Rugi Jadi Untung, Mantap!

Sebagai bintang utama dengan pertumbuhan laba tercepat, ICBP berhasil membukukan pendapatan sebesar Rp20,2 triliun pada kuartal pertama tahun ini. Angka ini menunjukkan pertumbuhan 18% dibandingkan kuartal sebelumnya (QoQ).

Peningkatan pendapatan ini didorong oleh peningkatan volume penjualan di berbagai segmen, termasuk mie (naik 4%), makanan ringan dan bumbu (masing-masing naik 1%), serta susu (naik 3%). Sayangnya, segmen minuman mengalami penurunan sebesar 8%.

Penjualan di pasar luar negeri juga menunjukkan tren positif, tumbuh 4% secara tahunan (YoY). Hal ini didorong oleh peningkatan volume, meskipun harga jual rata-rata (ASP) mengalami penurunan 2% YoY.

Dari sisi efisiensi, ICBP berhasil meningkatkan margin laba bersih (NPM) meskipun margin laba kotor (GPM) mengalami sedikit penurunan. GPM pada kuartal I/2025 tercatat sebesar 36,1%, turun dari 36,5% pada kuartal sebelumnya dan 38,2% pada kuartal I/2024. Namun, NPM berhasil melonjak menjadi 13,2%, dibandingkan dengan -6,3% pada kuartal 4/2024 dan 11,8% pada periode yang sama tahun lalu.

INDF: Berkah dari Kinerja Ciamik ICBP

Sebagai induk usaha ICBP, INDF tentu saja ikut menikmati keuntungan dari kinerja positif anak perusahaannya. INDF mencatatkan pendapatan sebesar Rp31,55 triliun pada triwulan pertama tahun ini, tumbuh 2,5% YoY dan 9,4% QoQ.

Pertumbuhan ini didorong oleh segmen agribisnis yang tumbuh pesat sebesar 28,67% YoY menjadi Rp4,79 triliun, seiring dengan kenaikan harga rata-rata minyak sawit (CPO) sebesar 15,3% YoY menjadi MYR 4.675 per ton pada kuartal I/2025. Segmen produk konsumen bermerek juga naik 2,11% YoY menjadi Rp19,97 triliun, dan segmen distribusi naik 1,48% YoY menjadi Rp2 triliun. Sementara itu, segmen bogasari mengalami penurunan 4,63% YoY menjadi Rp7,95 triliun.

Sama seperti ICBP, INDF juga berhasil meningkatkan efisiensi operasional yang berdampak positif pada margin laba bersih, meskipun margin laba kotor mengalami penurunan. GPM pada kuartal I/2025 berada di 36,9%, turun dari 38,8% pada kuartal sebelumnya. Namun, NPM berhasil naik signifikan dari 2,7% menjadi 12,4% pada periode yang sama.

UNVR: Pemulihan dan Momentum Lebaran Jadi Angin Segar

UNVR berhasil mencatatkan pertumbuhan laba bersih lebih dari 200% secara kuartalan menjadi Rp1,23 triliun pada tiga bulan pertama 2025. Pemulihan stok pada kuartal sebelumnya, perbaikan bisnis inti, dan momentum Lebaran menjadi katalis positif bagi kinerja UNVR.

Penjualan bersih UNVR mencapai Rp9,5 triliun, tumbuh 22% QoQ, meskipun masih mengalami kontraksi sekitar 6% secara tahunan. Namun, rasio profitabilitas UNVR menunjukkan adanya perbaikan. Margin laba sebelum pajak tercatat sebesar 16,8%, meningkat 1.054 basis poin dibandingkan kuartal IV-2024, tetapi terkoreksi 161 basis poin dibandingkan tahun lalu. Margin kotor meningkat 365 basis poin dari kuartal IV-2024, tetapi terkoreksi 177 basis poin dibandingkan tahun lalu yang mencapai 48,2%.

Presiden Direktur Unilever Indonesia, Benjie Yap, mengatakan bahwa meskipun hasil kuartal pertama masih terkoreksi dibandingkan tahun sebelumnya, UNVR berhasil mencatatkan peningkatan kuartal ke kuartal (QoQ) dalam hal pertumbuhan dan profitabilitas. "Kinerja ini mencerminkan hasil dari inisiatif tegas dan tepat sasaran yang dilakukan Perseroan untuk mengatasi tantangan operasional," ungkap Benjie.

Benjie menambahkan bahwa UNVR telah membuat kemajuan dalam mengurangi stok pelanggan, menstabilkan harga pada kanal penjualan, meningkatkan profitabilitas mitra distributor, dan memberikan tingkat layanan pelanggan yang lebih baik. Langkah-langkah ini memberikan fondasi yang kokoh untuk mendorong pertumbuhan di masa depan.

UNVR juga fokus pada membangun merek dan portofolio yang lebih kuat, menjangkau segmen atas dan bawah melalui inovasi, dan mengoptimalkan momentum penting seperti hari raya untuk menarik lebih banyak pengguna dan meningkatkan penggunaan. Transformasi Go-To-Market juga menjadi fokus utama UNVR, dengan tujuan memperluas jangkauan, meningkatkan cakupan, dan mengoptimalkan kualitas cakupan langsung.

CMRY: Susu Segar dengan Laba yang Juga Segar

CMRY, produsen susu yang kita kenal, juga mencetak laba yang menggembirakan sebesar Rp480 miliar pada tiga bulan pertama tahun ini. Capaian ini melesat 32% QoQ dan 24,2% YoY. Kinerja positif ini didorong oleh pertumbuhan volume tanpa ada kenaikan harga. Pendapatan CMRY naik 2% QoQ dan 12,4% YoY menjadi Rp2,43 triliun.

Margin laba kotor CMRY sedikit melemah dari 46% menjadi 44,5%, yang disebabkan oleh kenaikan harga bahan baku dan depresiasi rupiah. Namun, perusahaan terus melakukan efisiensi dalam hal operasi, sehingga NPM berhasil naik dari 15,2% menjadi 19,7%. Kenaikan ini juga didukung oleh keuntungan kurs yang belum terealisasi sebesar Rp42 miliar, meningkat dua kali lipat dibandingkan kuartal sebelumnya.

Kinerja positif empat emiten konsumer ini menjadi fondasi yang baik untuk menghadapi kuartal-kuartal berikutnya. Namun, tetap ada beberapa risiko yang perlu diantisipasi, seperti perlambatan ekonomi, penurunan daya beli masyarakat kelas menengah, dan daya beli masyarakat yang belum pulih sepenuhnya.

CNBC INDONESIA RESEARCH Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

Setelah melihat bagaimana emiten-emiten besar di sektor konsumer berhasil mencatatkan kinerja yang gemilang, kita juga bisa belajar menerapkan beberapa prinsip keuangan yang sama dalam mengelola keuangan pribadi. Yuk, simak tips berikut!

1. Fokus pada Efisiensi Operasional - Sama seperti perusahaan-perusahaan di atas yang berusaha menekan biaya operasional, kita juga bisa melakukan hal yang sama. Coba identifikasi pengeluaran-pengeluaran yang kurang penting dan bisa dihemat. Misalnya, mengurangi frekuensi makan di luar atau mencari alternatif transportasi yang lebih murah.

Dengan menekan pengeluaran yang tidak perlu, kita bisa mengalokasikan dana tersebut untuk hal-hal yang lebih penting, seperti investasi atau tabungan.

2. Diversifikasi Pendapatan - Jangan hanya mengandalkan satu sumber pendapatan. Seperti halnya emiten konsumer yang memiliki berbagai segmen bisnis, kita juga bisa mencari peluang untuk mendapatkan penghasilan tambahan. Misalnya, dengan mengikuti kursus online dan menawarkan jasa sebagai freelancer di bidang yang kita kuasai.

Dengan memiliki beberapa sumber pendapatan, kita akan lebih tahan terhadap guncangan ekonomi dan memiliki lebih banyak fleksibilitas dalam mengelola keuangan.

3. Manfaatkan Momentum - UNVR berhasil memanfaatkan momentum Lebaran untuk meningkatkan penjualan. Kita juga bisa melakukan hal yang sama. Misalnya, dengan memanfaatkan diskon atau promo yang ditawarkan oleh toko-toko online saat hari-hari besar atau akhir tahun.

Selain itu, kita juga bisa memanfaatkan momentum untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan kita, misalnya dengan mengikuti webinar atau workshop yang relevan dengan bidang yang kita minati.

4. Investasi Jangka Panjang - Seperti halnya emiten konsumer yang berinvestasi dalam pengembangan produk dan ekspansi bisnis, kita juga perlu berinvestasi untuk masa depan. Mulailah berinvestasi sejak dini, meskipun dengan dana yang kecil. Pilih instrumen investasi yang sesuai dengan profil risiko dan tujuan keuangan kita, seperti reksadana, saham, atau obligasi.

Dengan berinvestasi secara disiplin dan konsisten, kita bisa mencapai tujuan keuangan kita di masa depan, seperti membeli rumah, mempersiapkan dana pensiun, atau menyekolahkan anak.

Mengapa laba ICBP bisa melonjak drastis, ya? – Tanya Bambang

Menurut ekonom senior, Bapak Faisal Basri, melonjaknya laba ICBP disebabkan oleh kombinasi peningkatan volume penjualan di berbagai segmen produk dan efisiensi operasional yang berhasil ditingkatkan. Selain itu, faktor eksternal seperti stabilnya nilai tukar rupiah juga turut berkontribusi positif.

Apakah kenaikan laba UNVR ini berkelanjutan? – Tanya Siti

Presiden Direktur Unilever Indonesia, Bapak Benjie Yap, menyatakan bahwa perusahaan terus berupaya untuk memperkuat fondasi bisnisnya melalui berbagai inisiatif strategis. Meskipun tantangan ekonomi masih ada, UNVR optimis dapat mempertahankan tren positif ini di kuartal-kuartal berikutnya.

Apa saja faktor yang mempengaruhi margin laba kotor CMRY? – Tanya Joko

Menurut pengamat pasar modal, Ibu Felicia Putri Tjiasaka, margin laba kotor CMRY dipengaruhi oleh fluktuasi harga bahan baku susu dan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing. Kenaikan harga bahan baku dan depresiasi rupiah dapat menekan margin laba kotor perusahaan.

Bagaimana prospek sektor konsumer di tengah perlambatan ekonomi? – Tanya Rina

Ekonom INDEF, Bapak Tauhid Ahmad, menjelaskan bahwa sektor konsumer masih memiliki potensi pertumbuhan, meskipun dihadapkan pada tantangan perlambatan ekonomi. Kunci utamanya adalah kemampuan perusahaan untuk beradaptasi dengan perubahan perilaku konsumen dan menawarkan produk-produk yang terjangkau dan relevan.

Apakah kinerja emiten konsumer ini mencerminkan kondisi daya beli masyarakat? – Tanya Anton

Direktur Eksekutif CORE Indonesia, Ibu Mohammad Faisal, berpendapat bahwa kinerja emiten konsumer dapat menjadi salah satu indikator kondisi daya beli masyarakat, tetapi tidak sepenuhnya mencerminkan keseluruhan situasi. Faktor-faktor lain seperti tingkat inflasi, pengangguran, dan kebijakan pemerintah juga turut mempengaruhi daya beli masyarakat.

Apa yang bisa dipelajari investor ritel dari kinerja emiten-emiten ini? – Tanya Maya

Menurut perencana keuangan, Ibu Prita Ghozie, investor ritel dapat belajar tentang pentingnya diversifikasi portofolio, analisis fundamental perusahaan, dan investasi jangka panjang. Kinerja positif emiten-emiten ini menunjukkan bahwa investasi di sektor konsumer dapat memberikan potensi keuntungan yang menarik, tetapi tetap perlu dilakukan dengan hati-hati dan berdasarkan riset yang mendalam.