Siapa Pemilik Tupperware yang Kini Resmi Tutup di Indonesia? Fakta Mengejutkan, Kronologi Lengkap, dan Nasib Karyawan Selanjutnya

Senin, 14 April 2025 oleh aisyah

Siapa Pemilik Tupperware yang Kini Resmi Tutup di Indonesia? Fakta Mengejutkan, Kronologi Lengkap, dan Nasib Karyawan Selanjutnya

Siapa Pemilik Tupperware yang Kini Resmi Tutup di Indonesia?

Kabar duka bagi para ibu rumah tangga pecinta wadah penyimpanan makanan berkualitas. Tupperware, merek ternama asal Amerika Serikat, resmi menutup operasionalnya di Indonesia setelah lebih dari 33 tahun menemani dapur-dapur keluarga. Keputusan ini diumumkan melalui akun Instagram resmi Tupperware Indonesia pada Minggu, 13 April 2025, dan berlaku efektif sejak 31 Januari 2025.

Manajemen Tupperware Indonesia menyampaikan penutupan ini merupakan bagian dari strategi global perusahaan. Sayangnya, Tupperware telah berjuang melawan kerugian dan beban keuangan yang terus meningkat selama bertahun-tahun, diiringi dengan penurunan penjualan yang signifikan. Penutupan operasional ini bukan hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di sebagian besar negara lainnya.

Perjalanan Panjang Tupperware

Berawal dari inovasi Earl Silas Tupper, seorang pebisnis kelahiran Amerika Selatan tahun 1907, Tupperware lahir dari riset dan eksperimennya dengan plastik. Di usia 21 tahun, Tupper bekerja di sebuah perusahaan riset dan inovasi, di mana ia berhasil memurnikan ampas biji hitam polyethylene menjadi plastik fleksibel, kuat, aman, dan tidak berbau. Penemuan inilah yang menjadi cikal bakal produk-produk Tupperware yang kita kenal.

Pada tahun 1938, Tupper mendirikan perusahaan plastiknya sendiri, Earl S Tupper Company, dan mematenkan produknya dengan nama Poly-T. Pasca Perang Dunia II, tepatnya tahun 1946, Tupper meluncurkan Wonderlier Bowl dan Bell Tumbler dengan merek Tupperware yang langsung mendapat sambutan hangat dari pasar Amerika.

Tupperware dikenal dengan kualitasnya yang terbaik, aman bagi kesehatan, dan ramah lingkungan. Produk-produknya telah memenuhi ketentuan FDA, EFSA, dan FS. Namun, persaingan sengit dengan produk serupa yang dijual lebih murah, serta kesulitan menarik minat generasi muda, membuat perusahaan ini terpuruk.

Pemegang Saham dan Strategi Pemasaran

Saat ini, pemegang saham dominan Tupperware Brands Corp (pemilik Tupperware) adalah BlackRock Fund Advisors, The Vanguard Group, Millennium Management, Allspring Global Investments, dan puluhan investor lainnya. Di Indonesia, distribusi produk Tupperware berada di bawah bendera PT Tupperware Indonesia yang berkantor pusat di Cilandak, Jakarta Selatan. Meskipun berasal dari AS, sebagian produk Tupperware di Indonesia juga diproduksi di dalam negeri.

Salah satu strategi pemasaran Tupperware yang paling dikenal adalah Tupperware Home Party atau Tupperware Party. Strategi unik ini digagas oleh Brownie Wise, seorang ibu rumah tangga yang juga menjadi sales wadah makanan. Konsepnya sederhana: mengumpulkan orang-orang dalam suasana non-formal yang diisi dengan permainan dan obrolan ringan, sambil memperkenalkan produk-produk Tupperware.

Di Indonesia, Tupperware Home Party diadaptasi menjadi kegiatan yang mirip arisan, sehingga mayoritas pelanggannya adalah ibu-ibu. Selain itu, Tupperware juga menggunakan strategi multi-level marketing (MLM), di mana pembeli bisa sekaligus menjadi tenaga pemasaran. Di masa jayanya, Tupperware Party diselenggarakan hampir setiap 1,3 detik di seluruh dunia.

Dengan status Tupperware yang bangkrut secara global, para pelanggan di Indonesia akan kesulitan mendapatkan produk wadah makanan berkualitas ini. Sebuah akhir yang menyedihkan bagi merek legendaris yang telah menemani keluarga Indonesia selama puluhan tahun.

Bagaimana nasib karyawan Tupperware Indonesia, Bu Sri Mulyani (Menteri Keuangan)?

Pemerintah terus memantau dampak penutupan operasional Tupperware Indonesia terhadap para pekerja. Kami akan berkoordinasi dengan Kementerian Ketenagakerjaan untuk memastikan hak-hak pekerja terpenuhi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta memfasilitasi program-program pelatihan dan pengembangan keterampilan agar mereka dapat kembali memasuki dunia kerja.