Petaka Tarif Trump, Ribuan Pabrik Baju China Terancam Bangkrut di Ambang Kehancuran
Rabu, 16 April 2025 oleh aisyah
Bayang-bayang Kegelapan di 'Desa Shein': Ribuan Pabrik Baju China di Ujung Tanduk
Kepopuleran e-commerce China seperti Temu dan Shein yang menawarkan barang super murah meroket di pasar global. Namun, kebijakan perdagangan era Trump, khususnya penghapusan aturan 'de minimis' dan perang tarif, kini menjadi batu sandungan besar bagi kedua raksasa retail online ini.
Temu misalnya, terpaksa menutup iklan Google Shopping di AS pada 9 April lalu dan peringkatnya di toko aplikasi anjlok drastis. Shein pun tak luput dari dampaknya. Model bisnis keduanya yang menghubungkan produsen langsung ke konsumen, memang memungkinkan harga jual super murah, tetapi juga rentan terhadap perubahan kebijakan perdagangan.
Di Distrik Panyu, Guangzhou, sebuah area yang dijuluki 'Desa Shein', ratusan pabrik kecil bergantung pada pesanan Shein. Di sinilah baju-baju murah diproduksi untuk kemudian dijual ke seluruh dunia. Shein, yang mampu menjual produk fesyen senilai US$30 miliar per tahun, sebelumnya diuntungkan oleh kebijakan de minimis AS yang membebaskan pajak untuk barang impor di bawah US$800. Namun, penghapusan kebijakan ini, ditambah tarif impor yang tinggi, membawa awan gelap ke 'Desa Shein'.
Reuters melaporkan suasana suram di 'Desa Shein'. Beberapa pemilik pabrik dan pemasok mengaku pesanan Shein menurun drastis. Kekhawatiran akan tarif era Trump dan penghapusan de minimis memaksa mereka mempertimbangkan relokasi pabrik ke Vietnam untuk menghindari dampak konflik geopolitik China-AS.
Salah satu pemilik pabrik, Bapak Li, yang telah bermitra dengan Shein selama 5 tahun, mengalami penurunan pesanan hingga 50%. "Dampaknya sangat nyata. Tarif ini sepertinya tidak akan dicabut dalam waktu dekat. Kami tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya," ujarnya cemas.
Di 'Desa Shein', ribuan pabrik kecil memproduksi berbagai item fesyen dengan harga sangat murah. "E-commerce lintas batas berkembang pesat dalam 2 tahun terakhir, semua berkat Xu Yuangtian, pendiri Shein," ungkap Bapak Hu, pemilik pabrik lainnya.
Meskipun Shein dikabarkan akan IPO di London dan telah menggelontorkan investasi besar di China Selatan, isu diversifikasi pemasok ke Vietnam semakin santer. Bapak Li dan Bapak Hu membenarkan bahwa Shein telah mendorong pabrik-pabrik besar untuk membuka cabang di Vietnam. Namun, Shein membantah peralihan rantai pasokan ini dan mengklaim akan memprioritaskan pemasok di China.
Tantangan Relokasi ke Vietnam
Relokasi ke Vietnam memang bisa menjadi solusi untuk menghindari tarif AS. Namun, tidak ada jaminan kebijakan de minimis akan berlaku selamanya untuk Vietnam. Selain itu, relokasi juga menimbulkan dilema. Biaya produksi dan waktu pengiriman bisa meningkat, bertentangan dengan model bisnis Shein yang mengutamakan kecepatan dan harga murah.
“Model bisnis Shein memang jenius. Namun, mereplikasi model ini di tempat lain akan menimbulkan masalah biaya dan waktu,” kata Alison Layfield, pakar logistik internasional.
Bapak Li pesimistis dengan relokasi ke Vietnam. Menurutnya, produktivitas tenaga kerja di sana jauh di bawah China. Ia pun merasa terjebak dalam pilihan sulit: bangkrut atau pindah ke Vietnam.
Berikut beberapa tips untuk menghadapi tantangan bisnis di tengah ketidakpastian perdagangan global:
1. Diversifikasi Pasar - Jangan terlalu bergantung pada satu pasar saja. Sebarkan risiko dengan menjajaki pasar lain, baik domestik maupun internasional. Misalnya, jika pasar AS sedang lesu, coba ekspor ke negara-negara ASEAN.
2. Inovasi Produk - Teruslah berinovasi dan kembangkan produk baru yang sesuai dengan tren pasar. Jangan hanya terpaku pada produk yang sudah ada. Misalnya, coba kembangkan produk ramah lingkungan yang semakin diminati.
3. Efisiensi Operasional - Tinjau ulang proses produksi dan cari cara untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya. Misalnya, implementasikan teknologi otomatisasi atau optimalkan rantai pasokan.
4. Pemantauan Kebijakan - Pantau terus perkembangan kebijakan perdagangan internasional dan antisipasi dampaknya terhadap bisnis Anda. Misalnya, ikuti perkembangan perjanjian dagang baru atau perubahan tarif.
5. Jalin Kemitraan Strategis - Bangun kerjasama dengan mitra bisnis, baik pemasok maupun distributor, untuk memperkuat posisi tawar dan mengurangi risiko. Misalnya, jalin kerjasama dengan perusahaan logistik untuk mendapatkan harga pengiriman yang lebih kompetitif.
Apa dampak perang dagang terhadap UMKM di Indonesia, Bu Sri Mulyani?
(Sri Mulyani, Menteri Keuangan RI): Perang dagang dapat mengganggu rantai pasokan global dan menciptakan ketidakpastian ekonomi. UMKM Indonesia perlu meningkatkan daya saing dan mencari peluang di pasar alternatif untuk mengurangi dampak negatifnya.
Bagaimana strategi bisnis yang tepat di tengah fluktuasi nilai tukar rupiah, Pak Rosan Roeslani?
(Rosan Roeslani, Ketua KADIN): Pengusaha perlu melakukan lindung nilai (hedging) untuk mengurangi risiko fluktuasi nilai tukar. Diversifikasi mata uang dalam transaksi ekspor-impor juga penting.
Apa saran Bapak Ferry Latief untuk UMKM yang ingin ekspor ke pasar global?
(Ferry Latief, Pakar Pemasaran): UMKM perlu memahami regulasi dan standar produk di pasar tujuan. Penting juga untuk membangun branding yang kuat dan memanfaatkan platform digital untuk pemasaran.
Bagaimana cara meningkatkan efisiensi produksi di industri garmen, Bu Anne Avantie?
(Anne Avantie, Perancang Busana): Investasi pada teknologi dan pelatihan tenaga kerja sangat penting. Optimalisasi pola dan penggunaan bahan baku juga dapat meningkatkan efisiensi.
Apa saran Bapak Sandiaga Uno untuk menghadapi persaingan bisnis yang semakin ketat?
(Sandiaga Uno, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif): Inovasi, adaptasi, dan kolaborasi adalah kunci. UMKM harus terus berinovasi, beradaptasi dengan perubahan pasar, dan berkolaborasi dengan stakeholders lainnya untuk menciptakan ekosistem bisnis yang berkelanjutan.