Ketahui, Menu MBG di Bogor Mengandung Bakteri Salmonella dan E,Coli! Apa Dampaknya bagi Kesehatan? Demi keamanan konsumen
Selasa, 13 Mei 2025 oleh aisyah
Waspada! Bakteri Salmonella dan E. Coli Ditemukan dalam Menu Makanan Bergizi Gratis di Bogor
Kabar kurang mengenakkan datang dari Kota Bogor. Insiden keracunan massal yang menimpa ratusan siswa penerima program Makanan Bergizi Gratis (MBG) ternyata disebabkan oleh bakteri berbahaya. Wali Kota Bogor, Dedie A. Rachim, mengumumkan hasil uji laboratorium yang mengungkap adanya bakteri Escherichia coli (E. coli) dan Salmonella dalam sampel makanan.
Menurut Dedie, bakteri tersebut terdeteksi pada dua menu yang disediakan oleh SPPG Bina Insani, penyedia makanan program MBG. Menu tersebut adalah telur ceplok berbumbu barbekyu dan tumis tahu toge. Kedua hidangan inilah yang dikonsumsi oleh 210 siswa yang kemudian mengalami gejala keracunan.
"Hasil pemeriksaan lab menunjukkan bahwa beberapa bahan makanan mengandung bakteri E. coli dan Salmonella," ujar Dedie dalam konferensi pers, Senin (12/5), seperti dikutip dari detikcom.
Fokus utama investigasi saat ini adalah telur ceplok berbumbu barbekyu. Dedie menjelaskan bahwa telur tersebut dimasak malam hari dan baru disajikan keesokan siangnya. Jeda waktu yang lama, ditambah kurangnya penanganan higienis, diduga kuat menjadi penyebab berkembangnya bakteri berbahaya tersebut.
"Memasaknya itu malam, distribusinya siang. Ini yang menjadi perhatian kami," kata Dedie.
Selain sampel makanan, pemeriksaan sampel air dan pemeriksaan langsung terhadap para korban juga sedang dilakukan. Namun, hasilnya masih dalam proses dan belum bisa dipublikasikan.
Wali Kota Bogor menekankan bahwa kasus ini tidak bisa dianggap enteng. Ia mendesak semua pihak terkait untuk segera mengevaluasi Standar Operasional Prosedur (SOP) penyediaan makanan secara menyeluruh. Tujuannya adalah mencegah kejadian serupa terulang kembali di masa depan.
"Ini sesuatu yang sangat serius. Pemerintah Kota Bogor harus terlibat dalam penanganan medis anak-anak yang terdampak keracunan," tegasnya.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor, Sri Nowo, menambahkan bahwa total 210 siswa yang mengalami keracunan berasal dari delapan sekolah yang menerima program MBG dari penyedia yang sama. Dari jumlah tersebut, 34 orang masih dirawat di rumah sakit.
"Dari 210 orang, 34 rawat inap, 47 rawat jalan, dan 129 keluhan ringan," jelas Sri.
Keracunan makanan memang menakutkan, apalagi kalau sampai menimpa anak-anak kita. Nah, supaya kejadian seperti di Bogor tidak terulang, yuk simak beberapa tips penting berikut ini!
1. Cuci Tangan dengan Benar - Sebelum menyiapkan atau mengonsumsi makanan, pastikan tangan Anda bersih. Gunakan sabun dan air mengalir selama minimal 20 detik. Bayangkan sedang menyanyikan lagu "Selamat Ulang Tahun" dua kali!
Ini adalah langkah pertama yang paling penting untuk menghindari kontaminasi bakteri.
2. Pisahkan Bahan Makanan Mentah dan Matang - Gunakan talenan dan peralatan masak yang berbeda untuk bahan makanan mentah (seperti daging) dan bahan makanan matang (seperti sayuran yang siap dimakan).
Ini mencegah perpindahan bakteri dari bahan mentah ke makanan yang sudah dimasak.
3. Masak Makanan Hingga Matang Sempurna - Pastikan makanan dimasak sampai suhu yang aman untuk membunuh bakteri berbahaya. Gunakan termometer makanan untuk memastikan suhu internalnya mencapai rekomendasi yang tepat.
Misalnya, daging ayam harus dimasak hingga suhu internal 74°C.
4. Simpan Makanan dengan Benar - Makanan yang mudah rusak harus segera didinginkan dalam lemari es setelah dimasak. Jangan biarkan makanan berada di suhu ruangan lebih dari dua jam (atau satu jam jika suhu ruangan di atas 32°C).
Bakteri berkembang biak dengan cepat pada suhu ruangan.
5. Perhatikan Tanggal Kadaluarsa - Selalu periksa tanggal kadaluarsa pada kemasan makanan sebelum dikonsumsi. Jangan ragu untuk membuang makanan yang sudah lewat tanggal kadaluarsa.
Meskipun terlihat baik, makanan yang sudah kadaluarsa mungkin mengandung bakteri atau racun yang berbahaya.
6. Pilih Penyedia Makanan yang Terpercaya - Jika Anda membeli makanan dari luar, pastikan penyedia makanan tersebut memiliki reputasi yang baik dan menerapkan standar kebersihan yang tinggi.
Perhatikan kebersihan tempat makan dan cara mereka menangani makanan.
Apa sebenarnya penyebab keracunan makanan yang dialami para siswa, menurut Bapak Budi?
Menurut Bapak Dedie A. Rachim, Wali Kota Bogor, keracunan makanan ini disebabkan oleh bakteri E. coli dan Salmonella yang ditemukan dalam menu telur ceplok berbumbu barbekyu dan tumis tahu toge. Proses penyimpanan yang kurang tepat diduga menjadi penyebab berkembangnya bakteri tersebut.
Bagaimana kondisi terkini para siswa yang menjadi korban keracunan, menurut Ibu Susi?
Ibu Sri Nowo, Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor, menjelaskan bahwa dari 210 siswa yang mengalami gejala keracunan, 34 orang masih menjalani rawat inap di rumah sakit, 47 orang rawat jalan, dan 129 orang mengalami keluhan ringan.
Apa langkah-langkah yang akan diambil Pemerintah Kota Bogor untuk mencegah kejadian serupa terulang, menurut Mas Joko?
Wali Kota Bogor, Bapak Dedie A. Rachim, menegaskan bahwa Pemerintah Kota Bogor akan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap Standar Operasional Prosedur (SOP) penyediaan makanan agar kejadian keracunan makanan tidak terulang kembali.
Apakah hanya makanan yang diperiksa atau ada faktor lain yang juga diinvestigasi, menurut Mbak Ani?
Selain sampel makanan, menurut Bapak Dedie A. Rachim, sampel air dan pemeriksaan langsung terhadap tubuh korban juga telah dilakukan. Namun, hasilnya belum tersedia karena masih dalam proses lebih lanjut.
Apa pesan yang ingin disampaikan kepada masyarakat terkait keamanan pangan setelah kejadian ini, menurut Bapak Herman?
Bapak Dedie A. Rachim menghimbau kepada semua pihak terkait untuk tidak menganggap sepele masalah keamanan pangan. Beliau menekankan bahwa kejadian ini sangat serius dan perlu penanganan yang komprehensif untuk melindungi kesehatan masyarakat, khususnya anak-anak.