BBCA, TLKM, ASII, hingga WIFI Paling Dijagokan untuk Investasi Jangka Panjang
Senin, 21 April 2025 oleh aisyah
Saham Pilihan di Tengah Kemelut Perang Dagang: BBCA, TLKM, ASII, dan WIFI Jadi Andalan
Di tengah gejolak perang dagang yang masih berlangsung, saham-saham seperti BBCA, TLKM, ASII, dan WIFI muncul sebagai pilihan favorit investor. Keempat saham ini dianggap defensif, menawarkan dividen tinggi, dan berpotensi memberikan alpha. Perang dagang memang berisiko memperlambat pertumbuhan laba per saham (EPS) IHSG tahun ini. Hal ini disebabkan oleh melemahnya permintaan akibat daya beli yang lesu, margin yang tertekan karena kenaikan biaya input yang terkait dolar AS, dan suku bunga yang tetap tinggi.
Namun, ada secercah harapan dari perkembangan dalam negeri. Pembagian dividen yang lebih tinggi dari bank-bank BUMN setelah pembentukan Danantara, serta kebijakan OJK yang memperbolehkan pembelian kembali saham tanpa RUPS di tengah volatilitas pasar, sedikit meredakan sentimen negatif.
“Meskipun ada perkembangan positif, kami merevisi target IHSG tahun ini menjadi 6.900 dari sebelumnya 7.300. Target ini mencerminkan estimasi price-to-earnings ratio (PE) 2025 sebesar 12 kali, masih di atas rata-rata regional yaitu 11,3 kali,” ujar Prasetya Gunadi, Head of Equity Research Samuel Sekuritas Indonesia, beserta timnya dalam riset terbaru.
Prasetya menjelaskan bahwa revisi ini juga mempertimbangkan perubahan proyeksi pertumbuhan EPS IHSG 2025 menjadi 1,6% dari sebelumnya 4,7%, sejalan dengan asumsi nilai tukar USD/IDR di level Rp 16.900 (vs Rp 16.600). “Analisis kami menunjukkan bahwa setiap depresiasi rupiah sebesar 1% dapat menurunkan laba IHSG sebesar 1,3%,” tambahnya.
Berikut beberapa tips untuk berinvestasi di tengah ketidakpastian pasar:
1. Diversifikasi Portofolio - Jangan menaruh semua telur Anda dalam satu keranjang. Sebarkan investasi Anda ke berbagai instrumen, seperti saham, obligasi, dan reksa dana, untuk mengurangi risiko.
Contoh: Alih-alih hanya berinvestasi di saham teknologi, pertimbangkan juga untuk berinvestasi di sektor kesehatan atau consumer goods.
2. Investasi Jangka Panjang - Ketidakpastian pasar adalah hal yang wajar. Fokus pada investasi jangka panjang untuk meminimalkan dampak fluktuasi jangka pendek.
Contoh: Jika Anda berinvestasi untuk masa pensiun, jangan panik jika pasar sedang turun. Tetaplah berinvestasi secara konsisten.
3. Pahami Profil Risiko Anda - Kenali seberapa besar risiko yang sanggup Anda tanggung. Pilih instrumen investasi yang sesuai dengan profil risiko Anda.
Contoh: Jika Anda seorang investor konservatif, hindari instrumen berisiko tinggi seperti saham gorengan.
4. Cari Informasi Terpercaya - Jangan termakan berita palsu atau rumor. Dapatkan informasi dari sumber yang kredibel sebelum membuat keputusan investasi.
Contoh: Baca analisis dari lembaga keuangan terkemuka atau konsultasikan dengan penasihat keuangan.
Bagaimana dampak perang dagang terhadap investor ritel seperti saya, Pak Budi?
(Destry Damayanti, Ekonom Senior): Perang dagang dapat meningkatkan volatilitas pasar. Penting bagi investor ritel untuk tetap tenang dan fokus pada strategi investasi jangka panjang. Diversifikasi portofolio juga krusial untuk mengurangi risiko.
Apa yang dimaksud dengan saham defensif, Bu Ani?
(Lo Kheng Hong, Investor Saham): Saham defensif cenderung stabil kinerjanya meskipun kondisi ekonomi sedang kurang baik. Biasanya, perusahaan-perusahaan ini bergerak di sektor yang kebutuhannya selalu ada, seperti consumer goods.
Mengapa dividen penting bagi investor, Pak Chandra?
(Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan): Dividen merupakan pembagian keuntungan perusahaan kepada pemegang saham. Ini bisa menjadi sumber pendapatan pasif bagi investor.
Apa yang harus saya lakukan jika nilai investasi saya turun, Bu Dewi?
(Perry Warjiyo, Gubernur Bank Indonesia): Jangan panik. Jika Anda berinvestasi jangka panjang, penurunan nilai investasi dalam jangka pendek adalah hal yang wajar. Evaluasi kembali strategi investasi Anda dan pastikan sesuai dengan profil risiko Anda.
Bagaimana cara memilih saham yang tepat, Pak Eko?
(Erry Firmansyah, President Director Bursa Efek Indonesia): Lakukan riset dan analisis fundamental perusahaan. Perhatikan kinerja keuangan, prospek industri, dan valuasi saham. Anda juga bisa berkonsultasi dengan penasihat keuangan profesional.