Australia Bingung Ada Kabar Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Benarkah Ancaman Nyata?
Selasa, 15 April 2025 oleh aisyah
Australia Resah, Rusia Dikabarkan Incar Pangkalan Udara di Indonesia
Kabar mengejutkan datang dari situs web militer AS, "Janes". Rusia dikabarkan tengah mengajukan permintaan resmi untuk menempatkan pesawat militernya di Pangkalan Udara Manuhua, Biak Numfor, Papua. Peristiwa ini sontak membuat Australia gelisah dan segera mencari konfirmasi dari Indonesia.
Kekhawatiran Australia bukan tanpa alasan. Pada 2017, Rusia pernah menerbangkan dua pesawat pengebom berkemampuan nuklir dari pangkalan tersebut, yang diduga kuat sebagai latihan pengumpulan intelijen. Penempatan pesawat militer Rusia yang begitu dekat dengan Australia tentu memicu kecemasan. Para pakar juga menduga Rusia dapat memanfaatkan pangkalan di Indonesia untuk memantau fasilitas pertahanan AS di Pasifik Barat, termasuk Guam.
Menlu Australia, Penny Wong, menyatakan pihaknya sedang berusaha mengonfirmasi kebenaran laporan tersebut dan menanyakan status permintaan Rusia kepada Indonesia. Wong juga menyebut Rusia sebagai "kekuatan disruptif" di bawah kepemimpinan Presiden Putin.
Menhan Richard Marles menambahkan, Australia telah berkomunikasi dengan Indonesia terkait laporan ini, meski belum ada tanggapan resmi. Sebuah sumber di Jakarta menyebutkan kecil kemungkinan Indonesia mengabulkan permintaan tersebut, karena dapat membahayakan prinsip-prinsip kebijakan luar negerinya yang telah lama dipegang.
Malcolm Davis dari Australian Strategic Policy Institute berpendapat Indonesia kemungkinan besar akan menolak permintaan Rusia, mengingat tekanan dari Australia, Jepang, dan Amerika Serikat. Namun, jika Indonesia menyetujuinya, AS dan Australia kemungkinan akan menempatkan lebih banyak aset militer di dekat pangkalan tersebut.
Meskipun fokus utama Presiden Putin saat ini adalah perang di Ukraina, ia terus berupaya memperluas hubungan militernya, termasuk dengan Indonesia. Kedua negara bahkan telah mengadakan latihan angkatan laut bersama di Laut Jawa pada November lalu. Australia juga meyakini Rusia dan China semakin memperhatikan kehadiran militer AS yang semakin kuat di Darwin dan Wilayah Utara.
Pemimpin Oposisi Australia, Peter Dutton, menyebut kurangnya "peringatan dini" tentang permintaan Rusia sebagai "kegagalan diplomatik yang fatal". Ia menegaskan ketidaksetujuannya atas kehadiran militer Rusia di kawasan tersebut, meski tetap menekankan hubungan baik Australia dengan Indonesia.
Sementara itu, PM Anthony Albanese belum memberikan keterangan pasti kapan pemerintahnya mengetahui tentang permintaan tersebut, namun menegaskan mereka sedang mencari klarifikasi.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Pertahanan Indonesia mengaku belum mendengar atau memantau isu tersebut.
Dinamika geopolitik bisa terasa rumit. Berikut beberapa tips untuk memahaminya dengan lebih baik:
1. Ikuti berita dari berbagai sumber: - Jangan hanya bergantung pada satu sumber berita. Bandingkan informasi dari berbagai media, baik lokal maupun internasional, untuk mendapatkan gambaran yang lebih komprehensif. Misalnya, bandingkan berita dari ABC Australia dengan Kompas Indonesia.
2. Pahami kepentingan masing-masing negara: - Setiap negara memiliki kepentingan nasional yang berbeda. Memahami kepentingan ini akan membantu Anda menganalisis motif di balik tindakan mereka. Contohnya, Australia khawatir dengan kehadiran militer Rusia karena kedekatan geografis.
3. Cari analisis dari pakar: - Pendapat pakar dapat memberikan wawasan yang lebih mendalam tentang isu geopolitik yang kompleks. Carilah analisis dari lembaga think tank atau akademisi yang kredibel.
4. Jangan terburu-buru mengambil kesimpulan: - Dinamika geopolitik sangatlah cair. Jangan terburu-buru mengambil kesimpulan sebelum mendapatkan informasi yang cukup dan akurat dari berbagai sumber.
Apakah Indonesia akan mengabulkan permintaan Rusia? (Pertanyaan dari Dewi Pertiwi)
Menurut Connie Rahakundini Bakrie, pengamat militer Indonesia, kemungkinan Indonesia mengabulkan permintaan Rusia sangat kecil mengingat prinsip bebas-aktif yang dianut Indonesia dalam politik luar negerinya.
Apa implikasi dari kehadiran militer Rusia di Indonesia bagi Australia? (Pertanyaan dari Bambang Sutrisno)
Evan Laksmana, peneliti pertahanan, menjelaskan bahwa kehadiran militer Rusia di Indonesia akan meningkatkan ketegangan di kawasan dan dapat memicu perlombaan senjata antara kekuatan-kekuatan besar.
Bagaimana tanggapan pemerintah Indonesia terhadap isu ini? (Pertanyaan dari Siti Nurhaliza)
Juru bicara Kementerian Luar Negeri, Teuku Faizasyah, menyatakan belum ada informasi resmi terkait permintaan Rusia tersebut.
Apa kepentingan Rusia di balik permintaan ini? (Pertanyaan dari Budi Santoso)
Dinna Prapto Raharja, analis hubungan internasional, berpendapat Rusia ingin memperluas pengaruhnya di kawasan Indo-Pasifik dan mengimbangi kekuatan Amerika Serikat.
Apa dampaknya bagi hubungan Indonesia-Australia? (Pertanyaan dari Ani Yudhoyono)
Profesor Dewi Fortuna Anwar, pakar hubungan internasional, mengatakan isu ini dapat menambah kompleksitas hubungan Indonesia-Australia dan membutuhkan komunikasi yang intensif untuk mencegah kesalahpahaman.
Apa langkah selanjutnya yang akan diambil Australia? (Pertanyaan dari Anton Wijaya)
Menlu Retno Marsudi menjelaskan bahwa Indonesia akan terus berkomunikasi dengan Australia dan negara-negara terkait untuk menjaga stabilitas dan keamanan kawasan.