5 Kesalahan Keuangan yang Harus Dihindari Kelas Menengah Saat Resesi Agar Tetap Aman Finansial

Senin, 21 April 2025 oleh aisyah

5 Kesalahan Keuangan yang Harus Dihindari Kelas Menengah Saat Resesi Agar Tetap Aman Finansial

Hadapi Resesi dengan Bijak: 5 Jebakan Keuangan yang Harus Dihindari Kelas Menengah

Bayangan resesi global kembali menghantui. Riset J.P. Morgan bahkan memprediksi kemungkinan terjadinya resesi global di tahun 2025 mencapai 40%, naik dari prediksi sebelumnya. Kabar ini tentu membuat banyak orang khawatir, terutama kelas menengah yang menjadi tulang punggung perekonomian. Resesi bisa berdampak pada banyak hal, mulai dari meningkatnya pengangguran, anjloknya pasar saham, hingga berbagai tantangan finansial lainnya. Nah, agar kita siap menghadapi segala kemungkinan, penting untuk menghindari beberapa jebakan keuangan berikut ini.

5 Kesalahan Keuangan yang Harus Dihindari Saat Resesi

1. Goyah dari Rencana Keuangan

Saat pasar saham bergejolak, naluri kita mungkin mendorong untuk mengambil keputusan cepat. Padahal, perubahan mendadak justru bisa mengacaukan tujuan keuangan jangka panjang. Jack Gunn, CFP®, Direktur dan Penasihat Kekayaan di Ullmann Wealth Partners, menekankan pentingnya berpegang teguh pada rencana keuangan yang telah disusun. "Portofolio investasi dirancang dengan tujuan spesifik, dengan pemahaman bahwa fluktuasi pasar adalah hal yang wajar," ujarnya. Jadi, tetaplah disiplin berinvestasi sesuai rencana, baik untuk pertumbuhan jangka panjang maupun dana darurat.

2. Terbawa Emosi

Resesi seringkali memicu kepanikan. Sean Babin, CFP®, CEO Babin Wealth Management, mengingatkan bahwa keputusan finansial harus didasari logika, bukan emosi. "Disiplin emosional sangat krusial untuk membangun dan menjaga kekayaan jangka panjang," katanya. Ia menyarankan untuk berkonsultasi dengan penasihat keuangan agar tetap objektif dalam mengambil keputusan di tengah gejolak pasar.

3. Menjual Aset Saat Pasar Turun

Banyak investor, terutama yang masih awam, panik dan menjual aset saat pasar saham anjlok. Ini adalah kesalahan fatal! "Menjual aset saat harga rendah justru mengunci kerugian dan menciptakan siklus buruk," jelas Babin. Alih-alih mendapatkan keuntungan, tindakan ini malah mengikis potensi pertumbuhan investasi jangka panjang.

4. Trauma Finansial

Kehilangan uang karena gejolak pasar memang bisa menimbulkan trauma. Namun, jangan biarkan trauma ini menghentikan langkah Anda untuk membangun kekayaan. Babin menjelaskan, "Banyak orang yang kapok berinvestasi setelah mengalami kerugian besar. Mereka menarik semua dana dan menyimpannya dalam bentuk tunai, padahal ini justru menghilangkan potensi keuntungan dari compounding return." Bekerja sama dengan profesional dapat membantu Anda mengatasi trauma dan tetap berada di jalur yang tepat.

5. Terlalu Banyak Mendengarkan Nasihat yang Tidak Kredibel

Di masa krisis, banyak 'pakar dadakan' yang bermunculan. Mulai dari teman, saudara, hingga influencer, semua seolah punya resep jitu untuk menghadapi resesi. Namun, Gunn mengingatkan, "Jangan biarkan informasi dari sumber yang tidak kredibel mengganggu rencana keuangan Anda. Tetaplah berpegang pada strategi yang telah disusun dengan pertimbangan matang."

Berikut beberapa tips praktis untuk mempersiapkan diri menghadapi resesi:

1. Tinjau ulang anggaran Anda. - Identifikasi pengeluaran yang bisa dikurangi. Misalnya, kurangi frekuensi makan di luar atau berlangganan layanan streaming yang jarang digunakan.

2. Bangun dana darurat. - Idealnya, dana darurat setara dengan 3-6 bulan biaya hidup. Simpan dana ini di instrumen yang mudah dicairkan, seperti rekening tabungan atau deposito.

3. Diversifikasi investasi. - Jangan menaruh semua telur dalam satu keranjang. Sebarkan investasi Anda ke berbagai instrumen untuk mengurangi risiko.

4. Tingkatkan keahlian dan kemampuan. - Di masa resesi, persaingan kerja semakin ketat. Meningkatkan keahlian dapat memperkuat posisi Anda di pasar kerja.

5. Cari sumber penghasilan tambahan. - Memiliki sumber penghasilan tambahan dapat membantu Anda lebih siap menghadapi ketidakpastian ekonomi.

6. Konsultasi dengan perencana keuangan. - Jika Anda merasa kesulitan mengelola keuangan, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan perencana keuangan profesional.

Bagaimana cara terbaik mengelola investasi saham saat resesi, Pak Budi Santoso?

(Budi Santoso, Pengamat Pasar Modal): Jangan panik dan hindari menjual aset saat pasar anjlok. Fokus pada tujuan investasi jangka panjang dan tetap disiplin berinvestasi sesuai rencana. Resesi adalah siklus ekonomi yang wajar, dan pasar saham pada akhirnya akan pulih.

Apa saran Ibu Sri Mulyani untuk kelas menengah dalam menghadapi resesi?

(Sri Mulyani, Menteri Keuangan): Penting bagi kelas menengah untuk bijak mengelola keuangan. Prioritaskan kebutuhan pokok, bangun dana darurat, dan diversifikasi investasi. Pemerintah juga terus berupaya menjaga stabilitas ekonomi dan menciptakan lapangan kerja.

Bagaimana tips dari Bapak Perry Warjiyo agar kita tidak terbawa emosi saat resesi, Bu Ani Wijaya?

(Perry Warjiyo, Gubernur Bank Indonesia): Tetaplah tenang dan rasional dalam mengambil keputusan finansial. Jangan terpengaruh oleh berita negatif atau rumor yang tidak berdasar. Cari informasi yang akurat dan kredibel dari sumber terpercaya.

Bagaimana cara membangun dana darurat yang efektif, Pak Bambang Susanto?

(Bambang Susanto, Perencana Keuangan): Sisihkan sebagian penghasilan Anda secara rutin, mulai dari nominal kecil sekalipun. Idealnya, dana darurat setara 3-6 bulan pengeluaran. Simpan di rekening yang mudah diakses dan tidak terpaut investasi berisiko.

Apa saran Ibu Rosita Dewi untuk menghadapi trauma finansial akibat resesi?

(Rosita Dewi, Psikolog Keuangan): Trauma finansial adalah hal yang wajar. Jangan menyalahkan diri sendiri. Evaluasi keputusan finansial yang lalu, ambil pelajaran, dan fokus untuk membangun kembali keuangan Anda. Jika perlu, cari bantuan profesional untuk mengatasi trauma tersebut.